Home > Author > Helvy Tiana Rosa
1 " You are what you write. "
― Helvy Tiana Rosa , Risalah Cinta
2 " Buku yang kau tulis adalah semacam jejak yang terus menyala di dunia, dan bisa menjadi cahaya akhiratmu. "
― Helvy Tiana Rosa
3 " Membaca dan menulis membuatmu menjadi. "
4 " Seperti apakah Anda? Menurut saya, paling tidak Anda adalah apa yang Anda tulis. "
5 " Menulis itu peduli. Menulis itu mencinta. "
6 " Have you sipped your poems today? "
7 " Jangan buang waktu, pikiran dan tenaga kita untuk orang yang mengabaikan dan menyusahkan hidup kita.Jangan buang waktu, pikiran dan tenaga untuk peristiwa di masa lalu, yang menyakitkan dan pernah mematahkan kita.Peluk saja Allah dan mereka yg kita sayangi erat-erat. Bangkit dan gagah bersama Allah. Insya Allah kita bisa! "
8 " Para ibu selalu mempunyai tempat untuk menampung duka, lalu mengecupnya dan bangkit. "
― Helvy Tiana Rosa , Tanah Perempuan
9 " Merasa diabaikan? Mengapa marah dan resah? Yang perlu kau lakukan hanya terus bersinar, hingga ia tak bisa tak melihat kilau itu. "
10 " Malam menari lewatkata-kata, kalimat-kalimat yang bergerak sendiri dari hatimu ke langit.Ke langit "
11 " Anak-anak saya kelak akan tumbuh di lingkungan tertentu. Bukankah seharusnya saya juga ambil bagian dalam mempersiapkan lingkungan yang akan tumbuh bersamanya? "
12 " Luka bisa membuat kita lebih tahu bagaimana meneruskan langkah selanjutnya. "
13 " Cinta sama dengan sastra: membutuhkan apresiasi, kreasi dan ekspresi. "
14 " Karya sastra adalah parfum para sastrawan. "
15 " Sastra bisa menampung semua gejolak dalam diri, mengurangi derita serta membuatmu lebih peka serta berdaya. "
16 " Sastra itu penuh makna dan bisa mengingatkan kita dengan cara yang indah dan tak terduga. "
17 " Cinta dan memberi adalah dua kata sejati dalam kamus nurani "
18 " Kita perlu jatuh cinta atau patah hati untuk dapat membuat puisi yang bagus. "
19 " Selamat malam kamu yang tak dekat dan tak jauh, yang menyelusup sampai ke mimpi sepi. "
20 " Saya tak tahu, berapa waktu yang tersisa untuk saya. Satu jam, satu hari, satu tahun, sepuluh, lima puluh tahun lagi? Bisakah waktu yang semakin sedikit itu saya manfaatkan untuk memberi arti keberadaan saya sebagai hamba Allah di muka bumi ini? Bisakah cinta, kebajikan, maaf dan syukur selalu tumbuh dari dalam diri, saat saya menghirup udara dari Yang Maha? "