Home > Author > Titon Rahmawan
1 " Why marginalize women just because she is a prostitute. Why do they have to reduce a person's humanity just because she becomes a prostitute? Prostitutes exist, because the ego of men need it. Because men wish to show dominance. And therefore, the mind, desire and the world of men who then create prostitution. They need victims as a means to vent their needs and depravity. And they can still think, they will be free from the moral assessment of the community because he is a man. Because they consider men deserve whatever they want, including degrading a woman's dignity. "
― Titon Rahmawan
2 " There are so many prostitutes out there. Those who are not just a profession. Those who prostitute anything. Ideas, hopes, ideals, testimony, appreciation, recognition, respect, dignity, rank, degree, honor, prestige, position, status, honesty, justice, anything that can still be sold and exchanged for money. "
3 " But don't misjudge as many people think so far. Prostitutes are not victims of men. They are accomplished manipulators with sexual attractiveness capable of making male surrender and deceived. With their nudity they gave men pseudo satisfaction and fake orgasm. And men are obliged to pay the price of all the lies. "
4 " The fact is, we don't live in the truth. Everything we do is falsehood and pretense. We are forced to do whatever it takes to exist. "
5 " We cannot risk our lives on a belief that we have never tested. It is not that historical realities or inheritance do not educate us to find out the meaning of truth itself. How fragile a heart that depends only on blind faith. Like hanging on a rotten root. "
6 " Mengapa kau tanam mawar itu di pinggir jalan Kay? Apakah sengaja, agar semua orang bisa memungut atau pura pura mencintainya? Tapi bukankah kau tahu, tak ada rasa kagum semurah itu? Seperti semua harapan palsu yang kau tabur di atas ranjangmu. Bunga mawar merah jambu yang mekar sejenak sebelum kemudian layu dibakar waktu. Masih banyak cinta yang sesungguhnya tak kau mengerti, Kay. Apakah cuma itu satu satunya cara untuk membunuh kesendirian dan rasa sepi? Luka parut di dada dan jantung yang perlahan hilang detaknya. Sudah berapa lama engkau merasa jemu dengan rutinitas yang itu itu juga, Kay? Seperti juga pikiran pikiran dangkal yang akan terus menghantui kita dengan potongan potongan kata dusta. Apakah kesedihan semacam ini yang ingin engkau abadikan? Dari satu frame ke frame yang lain. Dari satu video ke video berikutnya. Cuma untuk menampilkan ingatan yang sudah kau hafal di luar kepala dan senyum getir yang susah payah kau sembunyikan dari dunia. Atau barangkali, itulah caramu untuk mengejek dan mencemooh kami, karena terlanjur terjebak dalam ritual yang menghinakan ini. Ritual memuja ego dan menipu diri sendiri. Sebab harus kami akui, sesungguhnya cuma engkau yang paling murni di antara kita. Cuma engkau satu satunya yang telanjang dan tidak menutup diri dengan topeng kemunafikan. "
7 " To be a prostitute like Mary of Magdalen is better to me than to live with pretense, or to live with someone I love but who never desires me, either as a prostitute or even more so as his lover. "
8 " It's very important for me to live my life the way I want and do everything I love. People can judge me however they like. They may judge how poor I am. Living in a dilapidated house, without furniture, without a vehicle, with nothing of value in it. However, I live my life and feel fulfilled. I am grateful and happy without having to stretch out my hands to ask for or hang my life from the help of others. I do not live off the prestige and views of others. They are not the ones who feed me, but the work I carry out as a path of happiness. I never mortgaged my life to become a prostitute working for a living and earning money. A prostitute who has no choice but to swallow her pride in order to please others. I don't live that way, and I don't want to die that way. "
9 " There are no boundaries between me and you. There is nothing hidden between us. I accept your badness just as I accept all your goodness. And I am grateful, because you are doing the same thing. "
10 " Only people with fake personalities who want to edit their own appearance. "
11 " Apa yang mungkin engkau yakini sebagai sebuah hukuman, Kay? Bukankah langkah, semestinya tidak meninggalkan jejak yang di kemudian hari ingin engkau ingkari. Kenangan adalah getah yang menitik dari luka sebatang pohon. Sedang ingatan yang terkubur di halaman, adalah tulang tulang yang digali oleh anjing anjing pencuri di malam hari. Siapa yang akan datang untuk mencintaimu dengan wajah yang carut marut serupa itu? Karena tangkapan layar itu tak akan pernah menyatakan kebohongan yang lain selain dari apa yang sengaja engkau niatkan sejak semula, Kay. Apapun yang coba kau sembunyikan dibalik topeng _masquerade_ berenda renda itu selamanya tak akan pernah pergi. Kau tak mungkin jadi bunglon yang cukup pintar menyamarkan ketelanjanganmu sendiri. Sebagaimana waktu telanjur menyerap seluruh kehadiranmu di detik ini, di hari hari yang lampau atau di tahun tahun yang akan datang. Engkau tak akan pernah bisa berpaling darinya.Bagaimana kau bisa merasa yakin pada dirimu sendiri, Kay? Bahwa semua jejak yang engkau tinggalkan itu bukanlah sebuah petilasan kebodohan dan artefak kebohongan? Seperti buah terlarang yang dipetik Eva dari tengah taman Eden yang hilang itu. Ia telah menjelma menjadi labirin di dalam diri setiap anak keturunannya. Ia telah menjelma jadi Pandora, dan kotak laknat yang kemudian mengutuknya menjadi seorang wanita yang kesepian seumur hidup. "
12 " Ia adalah shisha yang dihisap semua orang. Luka yang memberi kenikmatan di mata para pencari dusta. Tidak ada penafsiran apapun untuk sebuah puisi gelap yang terang terangan membutakan dirinya sendiri. Ia bukanlah ghazal atau puisi semacam itu. Ia adalah pisau yang naif dan terang benderang. Pisau majal yang pelan pelan mengiris kesadaran orang orang bebal. Ia tidak terlahir untuk menciptakan kebahagiaan bagi orang orang yang kesepian. Ia adalah metafora dari kehidupan yang kotor, keji dan bahkan cabul. Ia adalah anjing yang mengeram dalam diri semua orang. Anjing anjing yang tak henti menyalak. Binatang buas yang tak mengenal kata lain selain rasa laparnya sendiri. Ia telah melubangi pikiran kita dengan kata makian dan ucapan sumpah serapah. Ia terbiasa menipu kita dengan erangan erangan palsu bahwa ia telah mencapai katarsis. Ia telah menodai simbol kesucian yang selama ini kita kenal. Ia tak memberi kita kelegaan jiwa, ia tak membuat halaman rumah kita menjadi bersih. Walau ia telah berhasil memaksa kita menanggalkan topeng kemunafikan, tetapi ia juga menjejali kita dengan sebotol khamr memabukkan yang tak sanggup kita tolak. "
13 " Anger, jealousy, unbelief, discontent, fear and envy, are within your reach of thoughts and feelings. All of that is under your control and not the will of others. That is why people always want to be understood, tolerated by others but it is difficult to do the opposite "
― Titon Rahmawan , Turquoise
14 " Will human hunger and thirst deliver him to the essence of truth? How can man find answers to the essence of truth if he is not aware of his folly and self-limitation? "
15 " Nudity is beautiful, because God created it that way. "
16 " Most people lie. Including when they think that nudity is something that is inappropriate and disgusting. Nudity in any condition always attracts attention, challenges and provokes curiosity. The problem is whether people want to admit that or not. "
17 " Life stretches between birth and death. Distance, just a breath. "
18 " Masalahnya adalah, kita seringkali membiarkan api itu padam bahkan sebelum kita benar benar memulai. Api yang terpercik dari mimpi di tengah hari seketika mati oleh terjangan angin. Kemauan yang tak kukuh, yang ragu ragu, yang tak berwujud, tak berupa, tak tentu arah. Ia akan menjadi, atau tidak sama sekali. Sebab sukses, keberhasilan, kemenangan, pencapaian, prestasi, penghargaan, itu ada dalam hati dan pikiran yang teguh. Tidak ada dalam kata tunda atau tunggu. Ia mesti bergerak, terus maju, tetap berjalan. Ia tak boleh membiarkan badai menyurut langkahnya. Membiarkan petarung dalam dirinya mati oleh rasa frustasi. Tewas dalam kekecewaan, penolakan, kekalahan sementara, kemunduran sejenak. Binasa oleh segala halangan dan penundaan yang ia tahu bisa meruntuhkan dan menghancurkan daya juangnya. Oleh karena itu, ia tidak boleh berhenti, ia hanya butuh sedikit dorongan semangat untuk terus melangkah agar semakin dekat pada apa yang ia tuju. "
19 " Apa yang bisa membawa kita pada kesesatan adalah kecenderungan bahwa semua manusia akan bersiteguh pada apa yang mereka yakini. Tak ada manusia yang mau dianggap sesat meskipun mereka sebenarnya sesat di mata orang lain. Tapi bagaimana aku bisa menganggap orang lain sesat bila aku sendiri tidak memahami apa makna kebenaran yang sesungguhnya? Sementara manusia akan selalu melihat pada keyakinannya sendiri, dan tentu saja mereka akan mengingkari pandangan orang lain. Tidak ada setitik pun keraguan dalam kebenaran itu. Sebagaimana selalu ada kebenaran dalam hal hal besar, maka akan selalu ada kebenaran dalam hal hal yang kecil. Kebenaran itu meliputi segalanya. Dan itulah yang memaksaku untuk berpikir. Aku ada di dalamnya. Dia bukanlah obyek dari pengamatanku. Sebaliknya, aku adalah jasad renik yang terperangkap di dalam preparat di bawah mikroskop mata Sang Kebenaran. Aku tidak mengetahui apapun tentang dirinya, sementara dia mengetahui segala sesuatu tentang diriku. Apakah aku harus merasa malu dan menutup diri atas ketelanjanganku yang demikian kotor dan daif? Bahkan untuk memikirkannya pun aku tidak merasa pantas. Bahkan hanya untuk sekadar berpikir tentang keberadaanku sendiri aku merasa tak layak. Dalam hal ini, aku bergantung sepenuhnya pada kebaikan dan kemurahan hati-Nya. "
20 " Seorang guru; penjelajah kehidupan. Yang menyimpan kata kata bijak dalam mulutnya, seperti minyak yang menghidupkan pelita. Ia lah detak jantung yang menggerakkan kehidupan. Seorang pemikir sejati, yang tak menafikan keringat dan air mata. Sang pengumpul embun di pagi hari, penjala ikan di sungai, dan penakluk samudra raya. Dialah kavi yang menciptakan kata kata penghiburan, pelantun tembang suka cita. Seorang penabur benih kebajikan dan penggarap ladang yang tekun. Tapi ia juga penuai yang rajin dan pengganda talenta yang mahir. Setiap ucapannya adalah obat yang manjur dan penyembuh duka lara. Namun, di luar semua itu, ia lah sang juru kunci pembuka jalan pengetahuan dan penunjuk arah pada kebenaran. "