Home > Work > Pulang
1 " Aku tak ingin berakhir seperti mereka, saling mencintai. Lantas kehilangan dan kini mereka hanya mengenang dan merenung dari jauh. "
― Leila S. Chudori , Pulang
2 " Dan bibirnya adalah sepotong puisi yang belum selesai. Aku yakin, hanya bibirku yang bisa menyelesaikannya menjadi sebuah puisi yang lengkap. "
3 " Siapakah pemilik sejarah? Siapa yang menentukan siapa yang jadi pahlawan dan siapa yang penjahat? Siapa pula yang menentukan akurasi setiap peristiwa? "
4 " Jangan sekali-kali meminta maaf untuk mempertahankan prinsip! "
5 " Setiap huruf berloncatan mencari jodoh membentuk kata; setiap kata meliuk, melesat, dan mungkin saling bertabrakan dan rebutan mendapatkan jodoh untuk membentuk daya puitik. Setiap huruf mempunyai ruh, mempunyai nyawa, dan memilih kehidupannya sendiri. "
6 " Rumah adalah tempat di mana aku merasa bisa pulang. (Dimas Suryo) "
7 " Ibu mana pun, yang baik atau buruk, tetap terluka ketika anaknya dicela. Meski celaan itu tidak salah, dan juga bukan fitnah. Tetapi tali pusar anak dari ibunya hanya diputus oleh sebilah gunting dunia. Di antara mereka berdua ada pertalian abadi, yang bahkan oleh seorang ayah pun tak bisa dipahami "
8 " Mengapa benda mati disebut sesuatu yang mati? Terkadang mereka lebih 'hidup' dan lebih jujur memberikan saksi. "
9 " Kau tak boleh menyeret-nyeret nasib dan perasaan orang hingga hati orang itu tercecer ke mana-mana. Kau harus berani memilih dengan segala risikonya. "
10 " Indonesia adalah negara sedang berkembang yang terjerat begitu banyak utang, tetapi sekian persen di pucuk atas piramida penduduknya berbelanja tas dan sepatu Louis Vuitton di Paris. "
11 " Apakah kita sudah harus mengambil jeda dalam perjalanan yang masih panjang ini. Saat menulis, aku tak suka titik. Aku gemar tanda koma. Tolong jangan perintahkan aku untuk berhenti dan tenggelam dalam stagnansi. Jangan. "
12 " Menurut Maman, apakah Ayah seorang Ekalaya?"Aku menuang anggue ke dalam gelas. Anggur merah."Non.""Kenapa tidak?""Dia seorang Bima, yang selalu ingin melindungi perempuan yang dicintainya. "
13 " Aku hanya yakin pada diri sendiri, bahwa keinginanku hanya terus-menerus berlayar. Atau menggunakan bahasa Maman, aku terbang seperti burung camar tanpa ingin hinggap. Akibatnya, nasib yang memilihku. Bukan aku yang menentukan nasib. "
14 " Benarkah angin tidak sedang mencoba menyentuh bibirnya yang begitu sempurna? "
15 " Siapa gerangan yang menciptakan diorama? Apakah sejak semula itu dibuat untuk alat informasi, pendidikan, propaganda, atau hiburan? Atau semuanya sekaligus? Apakah penciptanya kelak tahu bahwa diorama bisa digunakan secara efektif sebagai dongeng bagi anak-anak sekolah, tentang bagaimana negeri ini terbentuk menjadi sebuah negeri penuh luka dan paranoia? "
16 " Ayah adalah seorang Ekalaya. Dia ditolak tapi dia akan bertahan meski setiap langkahnya penuh jejak darah dan luka. "
17 " Mungkinkah mati itu tidur bila hidup itu mimpi. Kematian ini, Lintang, adalah tidur sejenak bagiku, karena pada saat aku bangun, aku bertemu denganmu.Lintang, kau menghidupi hidupku. Dan kalau pun aku sudah mati, kau tetap hidup di dalam diriku. "
18 " Dimas, ingatkah kau pembicaraan kita tentang suatu 'gelembung kosong' di dalam kita, yang diisi hanya oleh kau dan Dia, untuk sebuah Persatuan antara kita dan Dia yang tak bisa diganggu oleh apa pun barang seusapan. Inilah saat yang tepat untukmu untuk melihat sepetak kecil dalam tubuhmu itu. Sendirian. Berbincang, jika kau ingin. Atau diam, jika kau ingin. Dia mendengarkan.Selalu mendengarkan. "
19 " Siang ini, kami akan memberi penghormatan terakhir pada para mahasiswa yang tertembak kemarin. Suatu peristiwa yang semoga saja tak dilupakan oleh generasi masa kini. "
20 " Kau tak boleh menyeret-nyeret nasib dan perasaan orang lain hingga hati orang itu tercecer ke mana-mana. Kau harus berani memilih dengan segala risikonya. Ayah tahu kau masih muda. Memilih tak berarti harus menikah besok. Tidak memilih Nara atau Alam juga berarti memilih. Memilih untuk sendiri dan sunyi. "