Home > Author > Djenar Maesa Ayu
1 " Saya ingat permainan yang Ibu ajarkan kepada saya, sebuah karton dilubangi tengahnya dan saya harus menggapai bola yang ditaruh di baliknya. Ketika saya berhasil menggenggam bola di balik lubang itu, Ibu meminta saya untuk melepaskannya. Tentu saja saya tidak mau karena sebelumnya sudah sulit bagi saya untuk mendapatkan bola itu. Sebelum kamu menggenggam bola itu, ia hanyalah imajinasimu. Dan ketika kamu mendapatkannya ia menjadi obsesimu. Namun, keduanya tetap tidak akan menjadi nyata ketika kamu tidak dapat melihatnya karena terhalang oleh karton itu. Karton itu adalah dirimu. Dan diri sendiri adalah musuh terbesar pada setiap manusianya. Penghalang kita untuk belajar melepaskan sesuatu yang hanyalah imajinasi dan obsesi saja. Tidak nyata. "
― Djenar Maesa Ayu , 1 Perempuan 14 Laki-Laki
2 " Hidup ini sendiri memang fiksi. Sering kali hanya imajinasi. "
― Djenar Maesa Ayu
3 " kita bisa memesan bir, namun tidak bisa memesan takdir. "
4 " Bukankah semua anak punya hak untuk bertanya? "
― Djenar Maesa Ayu , Mereka Bilang, Saya Monyet!
5 " Manusya muak. Segala sesuatu yang tidak dapat terjawab selalu berakhir atas nama Tuhan. Misalnya, mengapa seorang anak bisa jadi bajingan padahal orangtuanya santri? Dijawab, itu sudah takdir dari Tuhan. Sebaliknya, jika orangtuanya rusak tapi anaknya begitu bauk, dijawab, itulah kuasa Tuhan. Alangkah mudahnya. Tidak adakah penjelasan lain yang lebih memuaskan? Tidak adakah jawaban lain yang lebih masuk akal? Mungkin manusia sudah malas berfikir, pikir Manusya. "
6 " Lantas apa yang salah dengan pelacur? Adakah orang yang menulis di buku catatannya, cita-cita: pelacur. Mana yang lebih pantas dipertanyakan, takdir atau pelacur? "
7 " Manusia dengan naluri anjing jauh lebih rendah daripada anjing. "
8 " Kebanggaan terbesar bagi ibunya adalah kebanggaan terhadap keberhasilannya sendiri sebagai seorang ibu. Begitupun sebaliknya, kebanggaan terbesarnya adalah menyaksikan kebahagiaan ibu. "
9 " Imajinasi cenderung bebas tanpa moral dan konvensi masyarakat, bagaikan anjing "menggonggong" dan "menggigit" realitas yang munafik "
10 " Imajinasi, sesuatu yang tanpa batas, yang bukan hanya merasuki pengarangnya tapi juga bisa semua manusia. "
11 " Hidup ini memang fiksi. Sering kali hanya imajinasi. "
12 " Tuhan tidak tidur, Tuhan pasti maklum. "
13 " Ada pergulatan aneh yang merasuki mereka berdua. Keinginan meledak-ledak untuk segera berjumpa dan keinginan untuk lebih lama bersama, bagai satu mata koin dengan dua sisi yang berbeda. Betapapun besar usaha mereka untuk memperpanjang kebersamaan, sebesar itu pulalah usaha mereka untuk segera menyudahi. "
14 " Dia tidak suka melihat ia mabuk. Lewat suara Manusya, Dia menasihati kalau Manusya jauh lebih kelihatan cantik kalau tidak mabuk. Jika Manusya mabuk, mulut Manusya jauh lebih kotor dari Kali Ciliwung. Kelakuan Manusya benar-benar seperti pelacur. Bahkan Dia dengan sangat yakin menganalisa, rasa percaya dirilah yang memicu Manusya untuk selalu minum. "
15 " Biarkan takdir yang menentukan. Biarkan takdir bekerja dan ia menjadi mediatornya. "
16 " Membunuh adalah membunuh. "
17 " Tapi ada kalanya kita harus berbohong demi kebaikan. "
18 " Hanya mabuk yang mampu membuat Dia tidur. Hanya mabuk yang bisa membuat Dia pergi. "
19 " Yangku, saya bukan pencinta perempuan. Saya bukan lesbian. Tapi saya pencinta kehidupan. Saya akan setia pada kehidupan. "
― Djenar Maesa Ayu , Nayla
20 " Tapi, inilah yang berbahaya dari cinta, kita tak pernah bisa merencanakan dan memilih kepada siapa akan jatuh cinta. "
― Djenar Maesa Ayu , Saia