Home > Author > Putu Wijaya
1 " Saya akan lebih mendulukan kebenaran-kebenaran universal, bukan hutang budi, bukan kewajiban moral dan bukan juga pengabdian buta. "
― Putu Wijaya , Gres
2 " Segala aturan dan beban itu memang disengaja. Itu sudah merupakan paket, agar tingkah laku jadi selalu laras dan terkendali. Tekanan adalah juga kendali. "
― Putu Wijaya , Klop
3 " Orang gila tak perlu berpikir, sebab dia tahu tak ada gunanya. "
― Putu Wijaya , Mengenal Lebih Dekat "Putu Wijaya, Sang Teroris Mental" dan Pertanggungjawaban Proses Kreatifnya
4 " Di zaman edan ini, siapa yang tidak frustrasi? Kalau kamu ikutkan perasaanmu, kamu akan gila. Tetapi, semua orang memang sudah gila. Kamu tidak akan menjadi istimewa karena menjadi gila. "
5 " Artiku tidak bergantung dari kehadiranku, tetapi pada cintaku dan cinta yang diberikan kepadaku yang tak akan pernah tak hadir. Karenanya, sekali aku menyalakan rumah ini, nyala itu akan tetap tak akan pernah padam. "
6 " Seperti rumah, yang menjadi semakin rumah ketika ditinggalkan, begitulah cinta, menjadi semakin cinta sesudah hilang. "
― Putu Wijaya , Putri: Buku Pertama
7 " bagus ceritanya "
― Putu Wijaya
8 " Pernahkah kau merasa sunyi, ya sunyi seperti yang aku rasakan, padahal kamu mempunyai anak-anak, suami, pekerjaan, penghasilan, rumah, keluarga, teman-teman, rencana, dan kedudukan yang terhormat? Sunyi semacam itu, yang kukira dimiliki oleh siapa saja, datang padaku sepuluh tahun terakhir ini. Tatkala aku berbaring dalam kamar sendiri, dalam terang lampu yang samar, dingin kasur dan masa depan yang suram. Sunyi ini, ingin kubagikan pada saat ini, tapi kau entah di mana "
― Putu Wijaya , Stasiun
9 " Ini buktinya. Kalau tidak adil memang begini. Semua orang bisa gila. "
10 " Kamu boleh ngomong apa saja tentang negeri ini. Tapi kamu tetap hanya ngedumel di pantatmu sendiri. Suara-suaramu hanya menjadi puisi, hanya menjadi esai, hanya menjadi catatan, hanya menjadi slogan, hanya menjadi komentar, hanya menjadi gincu, gula, poster, spanduk, dan tema-tema dalam seminar. Kamu hanya sebuah kunci dari kamar yang selalu tertutup. Dan, kamu begitu bangga karena kamu pikir hanya kamu saja yang mampu untuk membukanya. Kamu silau dan sudah cukup mengalami orgasme karena kekagumanmu pada bayangan yang kamu ciptakan sendiri. Padahal tak ada yang pernah terjadi. Semua mimpi kamu itu bukan pengalaman orang lain, apalagi kenyataan. Terlalu jauh. Kamu bukan idealis, kamu hanya seorang yang melindur. Kamu tersesat, Mala. "
― Putu Wijaya , Mala: Tetralogi Dangdut