Home > Work > Petang Condong
1 " sebentar tadi kaudengar sahabat-sahabatmumembaca puisi mentah yang mengkhayalkansebentar lagi akan kubaca puisi-puisikuakan kubaca rangkap pedih dalam hidupkuakan kutancap hatimu dengan sebilah pisautersimpan dalam kata-kata tajam berkilaudia pun membaca puisinya penonton terpegunmelihat kertas di tangannya berlumuran darah(Baca Puisi, 2) "
― T. Alias Taib , Petang Condong
2 " inilah gua segiempatku:tingkap yang sentiasa menadah udara,langsir yang menapis cahaya,meja yang dikepung bukudan dinding yang menampungempat lima keping harapanmasa tuaku.inilah dunia resahkuaku hidup di cahaya separuh terangmengetam dan melicinkan puisikupada kertas yang berselerak.(Gua) "
3 " kukulum kata-kata itukukulum api dalam mulutku.(Hampas Tebu) "
4 " aku adalah rumah apiberdiri dalam senyap di malam gelap,yang sentiasa memandumumengajukmu membelah kabut puisiku.(Zeroks) "
5 " kerjaku mengajuk tabiat alam.sudah tiga dekad aku berusahameniru tutur angin dan hujan,melakar marah ribut dan amuk laut.aku juga turut memindahkansusunan batu ke dalam susunan kata,yang bertahun kelu yang bermata sayumemandang sungai dan pantai.(Zeroks) "
6 " seperti daun, kita adalah pengembaradi alam sementara, kita tiada beda.kita juga pelupa, jarang pulang,dan asing dengan bau tanah sendiri.(Daun-daun Ini Pulang) "
7 " jika kaujenguk ke dalam cermindi situlah terhampar tanah dirimu.tingkap dan cermin,kedua-duanya tercipta daripada kaca:kaca pengalaman dan kaca diri.jika kaumasuk ke kaca diridi situlah menjalar akar peribadimu. "