Home > Author > Titon Rahmawan >

" Aku telah merebut sebagian wilayahmu dan engkau telah mengobrak abrik pertahananku. Namun kita sama sama tak hendak undur barang selangkah untuk mencapai puncak kejayaan. Sebab dalam Asmaradana kita telah sampai pada tahap di mana kekuatan tidak hanya terletak pada tembang dan susunan kata-kata yang indah yang akan menjebak aku agar takluk pada rayuanmu yang memesona. Sedang aku akan segera membinasakanmu dengan sentuhan lidahku di ujung bibirmu yang mulai kehausan atau di puncak kejantananmu yang masih berdiri tegak serupa benteng menjulang.

Telah kujejali benakmu dengan rangkaian syair dan puisi yang menggugah hati dan dengan merdu suara baritonmu, kaulantunkan tembang tembang lawas yang membuat hatiku meronta ronta. Dalam romansa puitik Asmaratantra kauberusaha menjadikanku istimewa. Betapa kautahu, bahwa setiap belaian tanganmu akan menaikkan aku ke langit ketujuh. Dan hanya dengan jilatan apimu kauhumbalangkan aku kembali ke bumi.

Namun dalam Asmaragama kita akan menuntaskan segalanya. Sebab aku tahu, bahwa ini adalah saat di mana engkau akan segera larut dalam khusyuk semedi dan kembang tujuh rupa dalam sebaskom air wangi akan membersihkan diri kita sebelum menyatukan jiwa ke dalam puja kepada Acintya, Sang Hyang Widhi Yang Maha Memberi.

Namun aku bukanlah permaisurimu dan engkau bukanlah raja junjunganku. Aku tidak akan menggelung rambutku dan mencuci farjiku. Mandi di bawah dingin pancuran tujuh sendang hanya untuk menyerahkan kehormatanku. Sebab aku tak akan memberimu kebahagiaan yang engkau cari, sebagaimana engkau tak akan memberiku kebebasan yang aku minta. Dan di antara kita tak ada ikatan yang sungguh sungguh nyata selain fakta, bahwa aku adalah seteru abadimu. Kita tak akan pernah berhenti untuk saling menumpas dan menghancurkan di atas papan pertempuran yang lebih menyerupai padang Kurukshetra ini. "

Titon Rahmawan


Image for Quotes

Titon Rahmawan quote : Aku telah merebut sebagian wilayahmu dan engkau telah mengobrak abrik pertahananku. Namun kita sama sama tak hendak undur barang selangkah untuk mencapai puncak kejayaan. Sebab dalam Asmaradana kita telah sampai pada tahap di mana kekuatan tidak hanya terletak pada tembang dan susunan kata-kata yang indah yang akan menjebak aku agar takluk pada rayuanmu yang memesona. Sedang aku akan segera membinasakanmu dengan sentuhan lidahku di ujung bibirmu yang mulai kehausan atau di puncak kejantananmu yang masih berdiri tegak serupa benteng menjulang. <br /><br />Telah kujejali benakmu dengan rangkaian syair dan puisi yang menggugah hati dan dengan merdu suara baritonmu, kaulantunkan tembang tembang lawas yang membuat hatiku meronta ronta. Dalam romansa puitik Asmaratantra kauberusaha menjadikanku istimewa. Betapa kautahu, bahwa setiap belaian tanganmu akan menaikkan aku ke langit ketujuh. Dan hanya dengan jilatan apimu kauhumbalangkan aku kembali ke bumi. <br /><br />Namun dalam Asmaragama kita akan menuntaskan segalanya. Sebab aku tahu, bahwa ini adalah saat di mana engkau akan segera larut dalam khusyuk semedi dan kembang tujuh rupa dalam sebaskom air wangi akan membersihkan diri kita sebelum menyatukan jiwa ke dalam puja kepada Acintya, Sang Hyang Widhi Yang Maha Memberi. <br /><br />Namun aku bukanlah permaisurimu dan engkau bukanlah raja junjunganku. Aku tidak akan menggelung rambutku dan mencuci farjiku. Mandi di bawah dingin pancuran tujuh sendang hanya untuk menyerahkan kehormatanku. Sebab aku tak akan memberimu kebahagiaan yang engkau cari, sebagaimana engkau tak akan memberiku kebebasan yang aku minta. Dan di antara kita tak ada ikatan yang sungguh sungguh nyata selain fakta, bahwa aku adalah seteru abadimu. Kita tak akan pernah berhenti untuk saling menumpas dan menghancurkan di atas papan pertempuran yang lebih menyerupai padang Kurukshetra ini.