Home > Author > Titon Rahmawan >

" Kenyataan itu membuatku semakin menyadari, betapa seringkali hidup menjadi begitu sia sia hanya karena kita tak mampu lagi memaknai arti dari kehidupan itu sendiri. Mengapa bagi sebagian besar orang maut menjadi terasa begitu menakutkan? Mengapa maut begitu menggigit? Sebagaimana bunyi petikan puisi Chairil: Sepi, yang tambah ini menanti jadi mencekik, memberat mencekung punda, sampai binasa segala* (Chairil Anwar - Yang Terampas Dan Yang Putus).

Maut menjadi sangat menakutkan karena seolah dia akan menjadi batas dari apa yang fana dan apa yang abadi. Sebuah ruang di balik pintu rahasia yang tidak pernah kita ketahui. Apa yang tersembunyi di balik pintu yang penuh misteri itu? Apakah penderitaan kita akan berlanjut? Ataukah penderitaan itu akan berakhir dengan kebahagiaan? Apakah keberadaan kita selanjutnya dapat kita rasakan kembali sebagai sesuatu yang nyata atau bahkan sebaliknya menjadi semakin kabur? Sekabur khayalan dan juga mimpi. Bagaimana kita bisa mendasarkan penilaian kita pada sebuah prekognisi? Pada kondisi yang tidak kita kenal atau tidak kita ketahui. Hanya mungkin berdasar asumsi, prediksi, ramalan, nubuat, atau gambaran gambaran yang berada di luar pemahaman kemampuan inderawi kamanusiaan kita yang terbatas. "

Titon Rahmawan


Image for Quotes

Titon Rahmawan quote : Kenyataan itu membuatku semakin menyadari, betapa seringkali hidup menjadi begitu sia sia hanya karena kita tak mampu lagi memaknai arti dari kehidupan itu sendiri. Mengapa bagi sebagian besar orang maut menjadi terasa begitu menakutkan? Mengapa maut begitu menggigit? Sebagaimana bunyi petikan puisi Chairil: Sepi, yang tambah ini menanti jadi mencekik, memberat mencekung punda, sampai binasa segala* (Chairil Anwar - Yang Terampas Dan Yang Putus).<br /><br />Maut menjadi sangat menakutkan karena seolah dia akan menjadi batas dari apa yang fana dan apa yang abadi. Sebuah ruang di balik pintu rahasia yang tidak pernah kita ketahui. Apa yang tersembunyi di balik pintu yang penuh misteri itu? Apakah penderitaan kita akan berlanjut? Ataukah penderitaan itu akan berakhir dengan kebahagiaan? Apakah keberadaan kita selanjutnya dapat kita rasakan kembali sebagai sesuatu yang nyata atau bahkan sebaliknya menjadi semakin kabur? Sekabur khayalan dan juga mimpi. Bagaimana kita bisa mendasarkan penilaian kita pada sebuah prekognisi? Pada kondisi yang tidak kita kenal atau tidak kita ketahui. Hanya mungkin berdasar asumsi, prediksi, ramalan, nubuat, atau gambaran gambaran yang berada di luar pemahaman kemampuan inderawi kamanusiaan kita yang terbatas.