Home > Author > Titon Rahmawan >

" Akan tetapi, di situlah letak paradoksnya. Kita tak bisa menghakimi pengalaman tanpa sebuah penalaran. Tanpa berpikir, betapa busuk dan hancurnya hidup seseorang. Betapa tersiksanya batin pengidap paraphilia. Terasingkan oleh kondisi yang melatari dorongan, fantasi, perilaku seksual yang berulang dan intensif. Terjebak oleh keterlibatan yang mendalam terhadap objek, aktivitas dan situasi yang menimbulkan distress. Oleh beban perasaan hina dan tercela. Kisah di balik petualangan para penjahat kelamin. Rahasia batin para pelacur. Kesenangan dan penderitaan tersembunyi para pencuri lihat, eksibisionis, bestialis, gay, lesbian, froteuris, pedofilia, pelaku hubungan yang dianggap menyimpang. Mereka yang sudah terlanjur ditenggelamkan oleh ejekan, cemoohan, hujatan dan hinaan yang tak kurang kasarnya. Pastilah orang menolak tanggung jawab atas apa yang tidak mereka perbuat. Orang lebih suka pergi menjauh. Menanggalkan simpati. Menghapus kemanusiaan. Tapi memang demikianlah, jauh lebih mudah untuk menilai daripada mencoba menyelami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Haruskah nilai nilai kemanusiaan dibenturkan dengan agama, etika dan moralitas? "

Titon Rahmawan


Image for Quotes

Titon Rahmawan quote : Akan tetapi, di situlah letak paradoksnya. Kita tak bisa menghakimi pengalaman tanpa sebuah penalaran. Tanpa berpikir, betapa busuk dan hancurnya hidup seseorang. Betapa tersiksanya batin pengidap paraphilia. Terasingkan oleh kondisi yang melatari dorongan, fantasi, perilaku seksual yang berulang dan intensif. Terjebak oleh keterlibatan yang mendalam terhadap objek, aktivitas dan situasi yang menimbulkan distress. Oleh beban perasaan hina dan tercela. Kisah di balik petualangan para penjahat kelamin. Rahasia batin para pelacur. Kesenangan dan penderitaan tersembunyi para pencuri lihat, eksibisionis, bestialis, gay, lesbian, froteuris, pedofilia, pelaku hubungan yang dianggap menyimpang. Mereka yang sudah terlanjur ditenggelamkan oleh ejekan, cemoohan, hujatan dan hinaan yang tak kurang kasarnya. Pastilah orang menolak tanggung jawab atas apa yang tidak mereka perbuat. Orang lebih suka pergi menjauh. Menanggalkan simpati. Menghapus kemanusiaan. Tapi memang demikianlah, jauh lebih mudah untuk menilai daripada mencoba menyelami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Haruskah nilai nilai kemanusiaan dibenturkan dengan agama, etika dan moralitas?